KASIH TERLARANG
(Ratna Prihastuti)
“Sudah bapak katakan, kalau kamu masih
dengan lelaki itu, sebaiknya angkat kaki dari rumah ini” itulah kata-kata
terakhir yang kudengar dari bapakku. Tanpa berpikir panjang segera kukemasi
barangku, dengan perasaan dongkol. Ibuku terus memohon padaku agar tidak
masukan kehati kata-kata bapakku, namun ku acuhkan, ibu terus menagis dan
memohon padaku. Sebenarnya aku tidak tega melihat ibu seperti itu, selama ini
ibu lah yang membelaku jika bapak memarahiku. Entahlah ibu memang sangat
menyanyangiku, meskipun aku bukan dari rahimnya.
“Jangan pergi nak,siapa lagi yang akan ajak
ibu cerita, membantu ibu selain kamu...”
Ibu masih terus saja menagis,
sementara bapak diam memendam amarah padaku. Aku nekat keluar rumah, menerobos
hujan yang terus menghantam. Masih kudengar diluar tangisan ibu, yang terus
menyalahkan bapak
Aku tak
mengerti, sejak aku dekat dengan mas Rano, guru privatku sejak SMA. Bapak
melarang keras aku untuk tidak berhubungan dengan mas Rano, memang saat ini aku
sudah tidak les privat dengannya, tapi apa salahnya menjalin hubungan
dengannya, ia selalu SMS aku dan ada kalanya dia juga menelponku, menanyakan
keadaanku dan yang membuat aku mecintainya dia sangat mengerti dan memahami
diriku.
Bapak sering
bilang padaku bahwa mas Rano tidak lah cocok padaku, padahal masih kuingat
waktu pertama kali bapak mengajak mas Rano kerumah, waktu itu bapak bilang
kalau mas rano akan menjadi guru privatku. Kulihat sosok pemuda yang pantas
menjadi abangku, usianya sekitar 20 tahunan, kuliah di perguruan tinggi
terkenal di kotaku, dari raut wajahnya terus memancarkan kesopanan dan murah
senyum, dialah mas Rano. Awalnya aku menolak dengan guru privatku itu, karena
aku memilih belajar dengan teman-temanku, yang seusia denganku, tapi bapak
tetap kekeh, mas rano menjadi guru privatku.
Pertama kali
kujalani les dengan guru baruku itu dengan setengah hati, aku merasa materi
yang diberikan padaku tidaklah bisa kuterima dan kata-kat yang digunakan pun
tidak pas dengan usia ku. Apa dia tidak tahu kalau murid yang di les masih
SMA?, kuberikan tingkah laku yang membuat dia sewot, tapi justru dia tidak
sewot dia mengajakku belajar di luar
“Mungkin,rusmi jenuh kalau belajar didalam
ruangan, nah kalau seperti ini, materinya pasti akan lebih mudah masuk”,
katanya mengawali pembicaraan yang dari tadi aku acuhkan.
“Hm..jawabku. memang jurus belajar yang
diberikan padaku mempermudah aku dalam belajar.
Hari, minggu,
bulan dan tahun kujalani les privat dengan mas Rano, aku mulai nyaman
dengannya, berkat bantuannya mengajariku belajar nilai-nilaiku meningkat cukup
bagus, bapak pun bangga denganku. Seringnya pertemuan aku dan mas Rano membuat
benih-benih cinta kami merajut dengan indah hingga aku duduk dibangku kuliah.
Kujalani hubungan ini tanpa sepengetahuan siapa pun, hanya aku, mas rano dan
Tuhan saja yang tahu.
“Rus, apa kamu masih sering ketemu Rano?
Bukannya dia sudah tidak lagi menjadi guru les mu? “tanya bapak.
Sontak aku
kaget, dengan pertanyaan bapak, bapak telah mengotak atik ponselku. Aku takut
jika rahasiaku terbongkar oleh bapak.
“Iya pak, bagaimana pun juga mas Rano kan
yang telah membantu Rus belajar”, jawabku
“Lebih baik, jangan lagi berhubungan dengannya,
nanti kuliahmu keteteran. Pokoknya kamu gak boleh dengan si Rano”
Aku hanya terdiam
saja, tak mungkin membantah ucapan bapak. Kulihat wajah bapak menahan emosi
padaku
“Memangnya apa salahnya aku mencintai mas
Rano, dia kan bukan lelaki brengsek, dia sopan baik dengan siapa pun. Bukankah
itulah calon mantu keinginan bapak? Tanyaku pada ibu. Ibu lah menjadi
gudang curhatku, namun jawaban ibu selalu itu saja
“Sudahlah, nak manut saja dengan bapakmu?,
ucapan bapakmu itu pastinya yang terbaik
untukmu”
Sudah
berberapa hari ini, mas Rano tidak SMS maupun telpon, kucoba hubungi ponselnya
tapi tidak aktif, atau jangan-jangan bapak sudah mengancam mas Rano untuk tidak
menghubungiku. Kucoba beranikan diri bertanya pada bapak
“Pak apa yang bapak lakukan pada mas Rano ?”
kataku pada bapak bapak sedikit menyentak. Mendengar seperti itu bapak hanya
menatapku tajam, dia tidak menggubris dan tetap melanjutkan bacaannya.
“Rus, bisa kuliah dengan nilai baik, asalkan
bapak mau tidak menghalangi aku dengan mas Rano” aku tahu bapak akan marah
hebat mendengar kata-kataku itu. Ya benar saja tanpa bicara bapak tak segan
menamparku. Plakk.....
Sejak bapak
mengusirku, aku tinggal di rumah temanku, yang memang kebetulan bertetangga
dengan kontrakan mas Rano. Kuceritakan semua yang aku alami pada mas Rano, tapi
dia memintaku untuk kembali ke rumah. Bahkan dia memintaku dengan memohon, tapi
aku enggan untuk pulang.
“Rus, kalau kau memang mencintaiku,
pulanglah, ini permintaan dari lelaki yang mencintaimu” ucap mas Rano
Semenjak
kepergianku ibu sering SMS dan telpon, tapi itu semua tak kupedulikan, namun
telpon kali ini kucoba mengangkatnya. “Halo..bu kataku mendahului,kali ini
bukan suara ibu tiriku, tapi suara ibu kandungku
“Nak rus pulanglah, ke rumah bapakmu, tadi
ibu mencarimu disana, tapi kamu gak ada. Kamu boleh mengajak Rano kesini. Ada
sesuatu yang hendak ingin kami sampaikan pada kalian berdua”. Tut..tut..tut..langsung
saja telpon ditutup
Segera aku
mengajak mas Rano pulang ke rummahku, kami yakin ibuku sudah membujuk bapak,
untuk menerima hubungan kami. Namun ketika sampai di rumahku, mas Rano kaget
melihat ibu kandungku.
“Rus, kita tak boleh melaanjutkan hubungan ini,aku ternyata adalah
pamanmu sendiri” kata mas Rano, dengan tubuh gementar.
Aku tak
percaya apa yang baru saja aku dengar, mana mungkin mas Rano lelaki yang begitu aku cinta adalah pamanku.
Padahal aku kenal dengan semua dengan pamanku, tapi tak ada yang bernama paman
Rano.
Ibu kandungku
menjelaskan padaku, bahwa mas Rano adalah adik bungsunya, dia diadopsi oleh
orang lain, sehingga aku tak pernah dikenalkan dengannya. Tubuhku lemas,
mendengar kenyataan itu, semantara mas Rano, yang kini kupanggil paman Rano,
masih juga tidak percaya. Kami telah meranjut kasih terlarang
19 Mei ‘13