Sabtu, 24 Agustus 2013

puisiku



Nama   : Ratna Prihastuti
Kelas   : B 
NIM    : 11003078
BERANDA
Wahai sang pengusa...
Dengarlah jeritan kami...
Dengarlah tangisan kami...
Tangisan anak-anak diberanda rumah
Wahai sang pengusa...
Kami bukan hiasan depan rumah
Dan kami juga bukan sapi perah
Yang kalian manfaatkan
Kami sama dengan anak-anakmu
Wahai sang penguasa...
Kami bukan mencari perhatian
Tapi kami haus dengan perhatian ibu pertiwi
Karena kami ingin keadilan
Wahai sang penguasa...
Tanpa kami ruamah ini hanyalah kadang
Dan  akan terus dilempari kotoran anak tetangga
Yang tertawa dengan rakusnya kalian.

Hanya DIA
Saat dirimu ditanya:
Siapa yang  setia, saat kasihmu pergi?
Siapa yang menghiburmu, saat kau menagis?
Siapa yang memberimu, saat kau perlu?
Siapa, siapa dan siapa...?
Hanya ada satu nama Agung
Dia adalah Allah...

contoh feature



Nama               : Ratna Prihastuti
NIM                : 11003078
Kelas               : B
Makul              : Feature ( Wawancara dengan orang kecil )
Narasumber     : Rahmad Nurjayadi ( Petugas Parkir )
Rahmad : “Landasi Pekerjaan dengan Ibadah dan Rasa Iklas”
Menjadi seorang juru parkir, bukanlah hal yang mudah,
Mengecek STNK, merapikan dan menjaga motor mahasiswa adalah kebiasaan seorang bapak beranak satu itu. Hal seperti itu telah dilakukan selama duabelas tahun terakhir, selama itu pula ia menggantungkan kebutuhan keluarganya dengan menjadi juru parkir di UAD. Ratusan motor yang keluar masuk kampus sudah menjadi santapan sehari-hari.
Sosok pria ini bernama Rahmad Nurjadi, ia, istri dan anaknya yang baru berusia lima tahun, bermukim di daerah Madukismo, Kasihan Bantul. Jarak yang tidak terlalu jauh dari tempat mencari rezeki. Menjadi juru parkir sudah digeluti ketika masih berusia duapuluh tahun. Rahmad nama sapaannya, merasa sangat nyaman bekerja menjadi juru parkir di salah satu perguruan tinggi Muhamadiyah Yogyakarta, ditambah sesama rekan kerjanya yang saling menghormati dan menjaga silahturahmi
Bapak yang berusia 32 tahun ini, selalu bersyukur dengan pekerjaan yang telah diperolehnya, ia merasa lebih beruntung daripada kepala keluarga diluar sana yang kurang jelas tentang pendapatannya. Dengan pekerjaan inilah roda perekonomian keluarganya tetap berputar.
Bekerja selama duabelas tahun bukanlah waktu yang lama . Asam garam pasti telah dicicipinya sebagai pengalamannya. Mulai dari ulah berberapa mahasiswa yang sulit diatur, dan terkadang membuatnya emosi.
“Ya wajar, kalau saya maklum watak mahasiswa itu berbeda-beda, mahasiswa disini kan tidak hanya dari jogja, tetapi dari daerah lain di Indonesia”. Tapi bapak berpemampilan tenang dan kalem ini mengaku lebih banyak menemui mahasiswa yang baik dari pada mahasiswa yang bandel, namun ia tetap menjaga hubungan baik dengan para mahasiswa, begitu pula ia menjaga hubungan baik dengan rekan-rekannya. Sehingga ketika bekerja ia merasa nyaman dan tenang dan tidak canggung. Tentang berberapa mahasiswa yang bandel, ia menjadikan warna dalam pekerjaannya yang harus ia lewati.
Selain tenang dalam bekerja ia juga melandasinya dengan ibadah dan rasa iklas, dan itu merupakan kunci yang membuat bertahan dari pekerjaannya. Salah satu pengalaman menarik yang sulit dilupakan  bapak yang sedang menunggu kedatangan anak keduanya yaitu pernah diajak kerjasama oleh mahasiswa untuk mengerjai mahasiswa yang sedang berlang tahun sampai menangis.

sufi melayu



BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Samudra pasai merupakan salah satu pusat perdagangan yang makmur, serta pusat keagamaan di Nusantara menjadi sasaran para pedagang Arab dan Parsi. Tidak hanya pedagang saja yang tertarik dengan Samudra Pasai tetapi juga para ulama, para ilmuwan dari Arab dan Persi yang berniat menyebarkan agama dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Pada abad ke 16-17, agama islam mulai banyak diterima di wilayah Nusantara ditambah menjamurnya kerajaan islam. Diterimanya agama islam di Nusantara tidak hanya pengaruh dari proses perdagangan tetapi karena ajaran islam yang diberikan kepada masyarakat Nusantara adalah Al-Quran dan sunah yang ditafsirkan oleh ahli tassawuf dalam berbagai bidang kehidupan.
Ajaran tasawuf yang sebelumnya berjaya di Gujarat dan bisa diterima di Nusantara, hal ini telah mematahkan pedapat yang mengatakan bahwa tassawuf hanya bisa berkembang di masa damai dan aman. Tasawuf menyebakan bersinarnya kembali cahaya Islam yang telah padam, tetapi ada pula yang melemahkan ajaran islam(Hatta, 23:Sastra Nusantara)
Ahli-ahli tassawuf menafsirkan ajaran islam yang bersifat sufistik, dengan menggunakan bahasa melayu, yang dituangkan dalam bentuk sastra, baik dalam bentuk hikayat, maupun syair. Sehinngga bahasa melayu merupakan bahasa pertama yang mendapat proses pengislaman.
Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud tasawuf dan sejarah perkembangannya
2.      Siapa  tokoh-tokoh sufi yang berpengaruh terhadap penyebaran Islam di Nusantara
3.      Apa saja hasil karya tokoh-tokoh tersebut
4.      Adakah hasil karya-karya  yang bertentangan dengan masyarakat Nusantara
5.      Apa saja tingkatan untuk menjadi Sufi


BAB II
PEMBAHASAN
Sastra keagamaan dapat dibagi kepada tiga cabang yaitu ilmu tasawuf, ilmu kalam, dan ilmu fiqih. Menurut imam Al-ghazali ilmu kalam adalah sebagian daripadanya adalah obat untuk kaum kafir, ilmu fikih adalah makanan mukmin dalam kehidupan, dan ilmu tasawuf adalah unsur rohaniyah yang dapat mencernakan makanan dan obat itu.(Fang,1982:187)
Apakah Tasauf
Kata tasauf, banyak banyak yang berbeda pendapat, ada yang berpendapat, Shuf = kain bulu domba. Dari shuf-tashawwafa,tha sawwufun. Yang lain mengatakan shufanah = sebangsa kopi yang tumbuh di gurun pasir. Pendapat lain mengatakan pula berasal dari kata shiffah, yaitu segolongan sahabat nabi yang tinggal disamping masjid nabi di Madinah yang kerjanya adalah mendekatkan diri kepada Tuhan, sambil mempelajari agama Islam dengan tekun.
Namun banyak pendapat tentang asalnya kata tersebut, pengertian yang dikandungnya bisa kita simpulkan. Jadi thasawwuf adalah semacam ilmu (cara) untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dimana orang-orang yang melaksanakannya memakai pakaian dari bulu domba dan hidup dengan sederhana sekali (Hatta, 46)
Sejarah Pertumbuhan Thasawwuf
Nama tassawuf baru digunakan pada penghujung abad ke-2 H,yang mula-mula digelari orang sufi ialah Abu Hasyim dari Koufah (± 150H = 761 M ), tetapi praktek ajaran tassawuf telah ada sejak nabi Muhamad SAW. Kehidupan Nabi dan para sahabatnyamerupakan kehidupan para sufi.(Hatta, :46:Sastra Nusantara)
Kaum sufi sering memegang lidahnya sambil berkata “Lidah inilah yang mengacamku dengan bahaya”. Pada kesempatan lain berkata “Barang siapa yang mengecap rasa kesucian ma’rifat, maka dia akan memandang sepi segala sesuatu selain Allah dan merasa tersendiri dalam manusia banyak”.
Setelah perkataan tasawwuf di masyarakat dan tampilnya para sufi besar,pada abad ke-7  kehidupan kerohanian menjadi lebih maju. Pada abad ke-11 muncul Al-Ghazali, pendamai pertentangankaum sufi, dan ahli fiqih, ahli filsafat dan ilmu kalam.(Hatta, :47:Sastra Nusantara)
Aliran tasawuf melayu dapat dibagi menjadi dua aliran. Aliran pertama adalah aliran yang ortodoks yang diwakili oleh Nuruddin dan Abdul Rauf. Aliran kedua ialah aliran heterodoks yaitu aliran baru yang diwakikili oleh Hamzah Fansuri dan Samsuddin Pasai. Menurut aliran pertama Tuhan dan manusia itu biarpun satu, tetapi lain. Tuhan adalah hakiki, sedangkan manusia adalah fana. Aliran kedua manusia dan tuhan itu sama saja. Dengan kata lain, manusia adalah tuhan. Ini adalah ajaran yang dianggap menyesatkan dan diserang habis-habisan Nuruddin. Akibatnya banyak buku-buku Hamzah Fansuri dan Syamsuddin dibakar.
Dibawah ini dibicarakan empat tokoh tasawuf yang terpenting. Dua diantaranya ialah wakil aliran beterodoks yaitu Hamzah Fansuri dan Syamsuddin. Yang dua orang lainnya adalah tokoh yang ortodoks dan diwakili oleh Nuruddin dan Abdul Rauf. Terakhir sekali dibicarakan pula Tajussalatin yang menceritakan kewajiban raja terhadap tuhan dan rakyatnya(Fang,1982:187-188).

HAMZAH FANSURI
Adalah tokoh tasawuf yang terkenal. Stair-stairnya dianggap   sebagai syair melayu yang mula-mula ditulis. Denga kata lain Hamzah Fansuri dianggap berjasa memulai tradisi penulisan syair dalam bahasa melayu. Tentang masa hidupnya Muhammad Naguib berpendapat bahwa Hamzah Fansuri hidup pada masa sebelum pemerintahan Sultan Alauddin Ri’ayat Syah Aceh (1588-1604) berakhir dan meninggal sebelum 1608. Ditempat lain Syed Muhammad Naguib berpendapat bahwa Hamzah Fansuri hidup antara tahun 1550-1600.  Yang diketahui umum ialah bahwa Hamzah Fansuri pernah berguru pada Maulana Ibrahim, di Mekkah. Terdorong oleh hasratnya untuk mencari Tuhan, Hamzah mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya ditemuinya Tuhan dirumahnya sendiri.
Hamzah Fansuri didalam Makah
Mencari Tuhan di Baitul Ka’bah
Di Barus ke Kudus terlalu payah
Akhirya dapat didalam rumah
Syair- syair Hamzah adalah syair melayu tertua, kecuali syair dagang, syair-syair itu mistis dan melambangkan hubungan Tuhan dan manusia, misalnya dalam syair perahu, Hamzah melambangkan tubuh manusia sebagai perahu berlayar dilaut. Pelayaran ini berbahaya sekali. Setiap orang harus menyediakan bekal air, kayu dan makanan yang cukup. Perahunya juga harus dalam keadaan baik. Muara sungai yang dilalui sempit dan dalam, banyak ikan hiu yang menunngu didalamnya. Angin taufan mungkin terjadi tetapi asal kita kuat  memegang Lailahaillallah pastilah kita dapat mecapai suatu tingkat dimana perbedaan hamba dan tuhan tidak ada lagi.
LIIA itu kesudahan kata
Tauhid makrifat semata-mata
Hapuskan hendak sekalian perkara
Hamba dan tuhan tiada berbeda
Inilah ucapan Hamzah Fansuri, yang mengangetkan ulama fiqih dan mencapnya (tidak beragama), kafir dan sebagainya. Dengan “Hamba dan Tuhan tiada berbeda”, dimaksudkan segala kemampuan, pikiran, amal, cita manusia semuanya disesuaikan itu disesuaikan dengan kemampuan pikiran, cita, amal, Tuhan, karena unsur sama maka manusia, Tuhan dengan sendirinya. Tercapailah apa yang dalam bahasa Arab disebut la ta’ayun (tidak nyata), atau menurut Famzah Fansuri “tiada berbeda” (Hatta, :57)
Syair inilah yang mengantarkan Hamzah Fansuri keliang kubur atau setidaknya membuat bukunya musnah menjadi abu. Dia bertindak menyiarkan suatu ajaran yang bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab itulah dia dibakar, kata setengah orang dia digantung. Entah mana yang benar (Hatta, 52)
Dalam syair burung pingai jiwa manusia dilambangkan dengan burung pingai, tetapi burung pingai itu juga melambangkan tuhan. Disini kita telah menyinggung suatu masalah yang banyak dibahas kaum sufi yaitu hubungan satu dan banyak (the one and the many). Yang Esa adalah Tuhan dengan alamnya yang beranekaragam. Dalam syair burung pingai, Hamzah seolah-olah berkata manusia adalah Tuhan. Ini adalah ajaran Hamzah yang dihantam habis-abisan oleh Nuruddin Al-Raniri .
Prosa Hamzah yang sampai kepada kita hanya dua buah saja yaitu syarab al-Asyikin (minuman segala orang yang berahi) dan Asrar Al-Arifin fi- Bayan ilm As-Suluk wal –Tauhid (keterangan mengenai perjalanan ilmu suluk dan kesatuan Allah). Syarab Al-Asyikin juga dikenal dengan nama Asrar Al-Asyikin dan  Zinaf al-Muwahidin (perhiasan segala orang Muwahid ). Dalam kata pendahuluannya Hamzah Fansuri mengatakan bahwa ia mengarang buku ini dalam bahasa jawi (baca melayu) untuk keperluan orang yang tidak tahu bahasa Arab dan Persi. Salah satu naskah Leiden yang terkarang pada tahun 1116 H (1738 ) mempunyai semua ciri-ciri ejaan naskah yang tertua. Misalnya ber, men (mem, meng) ditulis bar, man ( mam, mang). Memberi juga ditulis mameri.
Kitab ini terdiri dari tujuh bab:
Bab 1 menyatakan perbuatan syariat
Bab 2 menyatakan perbuatan tarikat
Bab 3 menyatakan perbuatan hakikat
Bab 4 menyatakan perbuatan makrifat
Bab 5 menyatakan kenyataan zat Tuhan
Bab 6 menyatakan sifat Allah
Bab 7 menyatakan berahi dan syukur.
Asrar al-Arifin fi Bayan ilm Al-Suluk wal Tauhid (keterangan mengenai perjalana ilmu suluk dan kesatuan Allah) adalah karya Hamzaah yang bersifat panteistik setelah segala puji-pujian bagi Allah Hamzah menulis :
“ ketahui hai segala kamu anak Adam yang islam, bahwa Allah SWT  menjadikan kita daripada tiada diadakannya,dan daripada tiada bernama, diberinama. Dan daripada tiada berupa diberinya berupa, rangkap dengan telinga, dengan hati, dengan nyawa, dengan budi. Kita cari Tuhan kita itu supaya kita kenal dengan makrifat kita. Atau dengan khidmat kita kepada guru yang sempurna \. Mengenal dia supaya jangan taksir kita”.
Bab pertama menyatakan makrifat Allah Ta’ala serta sifatnya 6 dan asmanya. Seterusnya adalah beberapa buah syair yang menyebut nama pengarang. Pembahagiaan bab dan pasal semakin menjadi kurang jelas. Akhirnya Hamzah berkata bahwa syariat, hakikat dan makrifat sama sahaja. Barang siapa mengenal syariat, ia juga mengenal hakikat dan makrifat sekaligus.
Tuhan dalam pandangan hamzah adalah yang maha sempurna, yang mutlak. Dalam kesempurnaan itu, tuhan mencakupi segala-galanya: panas dan dingin, baik dan buruk, ka’bah dan si penyembah berhala. Apabila Tuhan tidak mencakupi segala-galanya ia tidak disebut maha sempurna, maha mutklak. Dengan perkataan lain, manusia juga ternasuk dalam tuhan. Ini adalah ajaran Hamzah yang ditentang olen Nuruddin.(Fang,1982:188-191)
SYAMSUDDIN AL-SUMATRANI
            Adalah pengikut dan murid yang paling masyhur dari Hamzah Fansuri. Sebagai murid pendiriannya tidak begitu berbeda dengan gurunya, hanya saja ia tampaknya lebih pandai dalam mempertahankan ajarannya, hingga dia berhasil menjadi PM kerajaan Aceh.Selain menjadi PM. (Hatta, :62:Sastra Nusantara) Beliau juga menjadi   Ia seorang penghulu agama di Aceh karena ia mendapat dukungan dari sultan Aceh yang memerintah pada waktu itu yaitu sultan Iskandar Muda Mahkota Alam (1606-1636) dan karena itu besarlah pengaruhnya. Muridnya terlalu banyak. Ini mungkin salah satu sebab mengapa Nuruddin al-Raniri setelah ia mendapat sokongan dari sultan Aceh yaitu Iskandar thani (1636-41), memerintahkan pembakaran kitab-kitab Syamsuddin dan Hamzah Fansuri yang di anggapnya sebagai ajaran sesat. Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya bustanussalatin menceritakan bahwa Syamsuddin meninggal pada tahun 1630, selepas angkatan laut ikalahkan oleh malaka. (Fang,1982:191)
          Syamsuddin dan Hamzah Fansuri adalah dua tokoh tasawuf aliran wujudiyah yang terkenal, tetapi mereka mewakili dua golongan ahli sufi yang berlainan. Hamzah Fansuri adalah ahli sufi pencari tuhan sedangkan Syamsuddin adalah ahli sufi filsuf yang merasakan keperluan mengenali hakikat dari segala yang ad serta mengetahui kesatuan yang tersembunyi, tetapi baik Syamsuddin maupun Hamzah masing-masing mengakui dan mengenal hakekat Tuhan,yang berbeda ialah , Syamsuddin berpendapat bahwa dalam usaha mendekati atau mengenal Tuhan kita harus dipimpin oleh guru yang sempurn supaya kita tidak sesat. Tujuan akhir yang hendak dicapai oleh kaum sufi ialah makrifat, makrifat ialah pengetahuan tentang segala yang meliputi. Dalam makrifat itu juga berlebur orang yang mengena Tuhan. Akibat pembakaran yang di perintah oleh sultan Aceh maka karya Syamsuddin yang sampai kepada kita sedikit sekali dan kebanyakan merupakan fragmen, bagian naskah yang tidak lengakap. Diantaranya ialah Mirat al-Mu’min ( cermin orang yang beriman).(Fang,1982:191-192)

NURUDDIN AL-RANIRI
Nama lengkapnya Nuruddin Muhamad Djailani bin Ali bin Hasandji bin Muhammad Hamid ar Raniri al Gudjarati al Quarasji. Dilihat dari namanya bahwa beliau berasal dari tanah arab, tetapi lama menetap di tanah Ranir (Gujarat) kemudian pergi ke Aceh.(Hatta, :63) Beliau juga adalah seorang tokoh tasawuf yang terkenal, pengarang Bustanul Salatin dan buku lain yang menentang ajaran wujudiyah yang dianggap sesat(Fang,1982:194). Tampilnya Nuruddin al Raniri sebagai tokoh salah satu tokoh tassawuf, memiliki peranan yakni :
a.       Menghilangkan mistik wujudiyah yang menurutnya sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang asli, karena selain ajarannya sesat juga dianggap melemahkan agama Islam dimasa yang akan datang
b.      Mengembalikan orang-orang yang tersesat kedalam paham wujudiyah untuk kembali ke ajaran Islam yang murni(Hatta, :64)
Pada tahun 1642, Nuruddun al-Raniri menulis bukunya yang telah berberapa kali diterjemahkan kedalam bahasa Aceh dan bahasa Nusantara lainnya, yaitu Akhbar al-akhirat fi ahwal al-kiamah (mengenai hari kiamat). Buku  ini disusun atas perintah seorang raja yang tidak diketahui namanya. Dalam buku ini Nurrudin banyak menguntip pendapat tokoh tassawuf yang terkenal seperti al Ghazali dan lainnya.(Fang,1982:196)
Setelah itu, Nurrudin al Raniri mulai berpolemik dengan kaum wujudiyah, beliau mulai berusaha membasmi paham wujudiyah yang telah memberikan banyak pengaruh, pembasmian paham wujudiyah dilakukan dengan :
a.       Membakar buku-buku karangan Hamzah Fansuri
b.      Melarang rakyat menganut paham tersebut
c.       Mengarang buku yang berusaha menjelaskan kekeliruan ajaran Hamzah Fansuri
d.      Mengadakan tablig dan khotah-khotbah agama yang membukakan kekeliruan-kekeliruan ajaran Hamzah Fansuri
e.       Membunuh atau mengusir Hamzah Fansuri(Hatta, :64)
ABDUL RAUF SINGKEL
            Beliau adalah penganut paham Syattariah (dibidang tassawuf) tetapi di bidang fiqih menganut mazhab Syafei(Hatta, 65).Abdul Rauf  Singkel  pernah tinggal 19 tahun di Makkah untuk belajar ilmu tasawuf dan, sejak tahun 1661 Abul Rauf mulai mengajar di Aceh. Pada waktu itu Aceh adalah tempat persinggahan para jamaah haji. Orang jawa dan lain-lain orang Indonesia yang pergi naik haji haruslah singgah di Aceh . sewaktu di Aceh banyak juga orang yang belajar agama dan ilmu tasawuf dengan Abdul Rauf Singkel, mungkin inilah sebabnya tarikat Syattariyah agak popular di Jawa dan nama Abdul Rauf juga disebut dalam salasialh tarikat Syattariya. Sebuah karangan Abul Rauf adalah daka’ik al-huruf, dikutip dalam terjemahan  bahasa Jawa al-tuhfa al-mursala ila ruh al-nabi, satu risalah ilmu tasawuf yang sangat penting di Jawa.(Fang,1982:197).

            Buku Abdul Rauf yang terpenting adalah Umdat Al-Muhtajina Suluk Maslak Al-Mufridin (perpegangan segala mereka itu yang berkehendak menjalani jalan sehala orang yang menunggalkan dirinya. Buku ini terdiri atas tujuh bab.
BAB 1 menyatakan makna ucapan la ila ha illallah dan sifat Allah dan Rasulnya.
BAB 2 menyatakan hukum aturan berfikir (dari bahasa arab dzakaratu)
BAB 3 berisi hadis nabu Muhammad tentang dzikir.
BAB 4 tentang sifat-sifat orang dzikir yangkaram dengan kalimat syahadat.
BAB 5 tentang asal-usul ajaran mistik.
BAB 6 tentang ratib yaitu pelatihan mistik dalam mengucap la ila ha illallah.
BAB 7  diterangkan lagi tentang sifat orang-orang berdzikir.(Fang,1982:198)

TAJUL SALATIN
          Tajul-Salatin (Mahkota segala Raja) adalah sebuah uku yang bertujuan memberikan pelajaran kepada anak-anak raja atau raja, dan terdapat dimana-mana.serta memilki tujuan yang sama, yakni memberikan pelajaran politik bagi anak raja atau raja.
Syair yang ada didalam buku ini berbentuk mathnawi rubai’i dan ghazal, semua bentuk syair ini merupkan syair Parsi yang terkenal. Dalam pendahuluan buku ini, penulis menyampaikan pujian-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yang terakhir meminta rahmat dari Nabi yang terakhir, Nabi Muhammad SAW. Dinyatakan juga dalam buku ini mengupas kewajiban rajanya, perwira, pegawai dan rakyat.(Fang,1982:200-201)
 TINGKAT-TINGKAT YANG HARUS DILALUI OLEH SEORANG SUFI
          Seseorang yang hendak menjadi sufi hendaknya melalui tingkatan sebagai berikut :
1.      Syariat
Syari’at adalah segala aturan-aturan dan hukum yang termuat dalam Al-Quran dan sunah Nabi yang harus dilaksanakan oleh manusia. Kepada seorang yang telah mengakui dirinya beriman, diminta keharusan menjalankan syariat Allah dan Rasul-Nya.
2.      Thariqat
Thariqat adalah jalan yang ditempuh mendekatkan kepada Tuhan. Syari’at baru berupa teori. Prakteknya terdapat dalam thariqat. Di Indonesia kita jumpai berberapa thariqat seperti :
a.       Thariqat Naksyabandiah
b.      Thariqat Qadariah
c.       Thariqat Syattariah
d.      Thariqat Rifaiah
e.       Samaniah Rifaiah
3.      Hakikat adalah praktek dari teori yang digariskan syari’at untuk menuju kepada hakikat. Betul tidaknya pelaksanaan thariqat akan terlihat pada sampai tidaknya dia pada hakikat.
4.      Ma’rifat
Setelah hakikat dijalanijadilah manusia menjadi insan yang sempurna, manusia seperti inilah oarang yang telah kenal akan dirinya. Sebagaimana orang tassawuf pernah mengatakan “Man arafa nafsahu,faqad arafa rabbahu.”Barang siapa mengenal dirinya, berati telah mengenal Tuhannya. (Hatta, :58-60)

KESIMPULAN
Agama islam banyak diterima di wilayah Nusantara, pada abad sekitar 16-17, yang dibawa oleh para pedagang dan ulama dari Arab. Ajaran Islam mudah diterima, karena penyebarannya disegala bidang kehidupan, ditambah bahasa yang digunakan tidak hanya menggunakan bahasa arab, namun juga menggunakan bahasa Melayu, yang mana bahasa Melayu merupkan bahasa utama pada waktu itu di Nusantara.
Ajaran Islam yang bercorak sufistik diubah kedalam bahasa melayu melalui bentuk sastra (hikayat dan syair), merupakan hasil tafsiran dari aliran para ahli tassawuf. Perkembangan tassawuf di Nusantara merupakan pengaruh dari tokoh-tokoh sufi seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin as Samatrani dengan paham wihdatul wujudnya yang menggemparkan kalangan agama di Nusantara
Paham Hamzah Fansuri dan yang lainnya berbeda dengan orang awam, karena pandangan tersebut dianggap berbahaya, oleh karena itu Sultan Iskandar II menyuruh membakar karya Hamzah Fansuri dan lainnya.












DAFTAR PUSTAKA
Fang, Liaw Yock. 1982. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Singapura: Pustaka Nasional PTELTD.
Hatta, Bakar.Sastra Nusantara Suatu Pengantar Studi Sastra Melayu .GI.


















SASTRA SUFI DALAM KESUSASTRAAN MELAYU LAMA



Disisun oleh :

Ratna Prihastuti (11003078)

                                                                             


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2013