BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Samudra
pasai merupakan salah satu pusat perdagangan yang makmur, serta pusat keagamaan
di Nusantara menjadi sasaran para pedagang Arab dan Parsi. Tidak hanya pedagang
saja yang tertarik dengan Samudra Pasai tetapi juga para ulama, para ilmuwan
dari Arab dan Persi yang berniat menyebarkan agama dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Pada
abad ke 16-17, agama islam mulai banyak diterima di wilayah Nusantara ditambah
menjamurnya kerajaan islam. Diterimanya agama islam di Nusantara tidak hanya
pengaruh dari proses perdagangan tetapi karena ajaran islam yang diberikan
kepada masyarakat Nusantara adalah Al-Quran dan sunah yang ditafsirkan oleh
ahli tassawuf dalam berbagai bidang kehidupan.
Ajaran
tasawuf yang sebelumnya berjaya di Gujarat dan bisa diterima di Nusantara, hal
ini telah mematahkan pedapat yang mengatakan bahwa tassawuf hanya bisa
berkembang di masa damai dan aman. Tasawuf menyebakan bersinarnya kembali
cahaya Islam yang telah padam, tetapi ada pula yang melemahkan ajaran islam(Hatta,
23:Sastra Nusantara)
Ahli-ahli
tassawuf menafsirkan ajaran islam yang bersifat sufistik, dengan menggunakan
bahasa melayu, yang dituangkan dalam bentuk sastra, baik dalam bentuk hikayat,
maupun syair. Sehinngga bahasa melayu merupakan bahasa pertama yang mendapat
proses pengislaman.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud tasawuf dan sejarah perkembangannya
2. Siapa tokoh-tokoh sufi yang berpengaruh terhadap
penyebaran Islam di Nusantara
3. Apa
saja hasil karya tokoh-tokoh tersebut
4. Adakah
hasil karya-karya yang bertentangan
dengan masyarakat Nusantara
5. Apa
saja tingkatan untuk menjadi Sufi
BAB II
PEMBAHASAN
Sastra
keagamaan dapat dibagi kepada tiga cabang yaitu ilmu tasawuf, ilmu kalam, dan
ilmu fiqih. Menurut imam Al-ghazali ilmu kalam adalah sebagian daripadanya
adalah obat untuk kaum kafir, ilmu fikih adalah makanan mukmin dalam kehidupan,
dan ilmu tasawuf adalah unsur rohaniyah yang dapat mencernakan makanan dan obat
itu.(Fang,1982:187)
Apakah
Tasauf
Kata
tasauf, banyak banyak yang berbeda pendapat, ada yang berpendapat, Shuf = kain bulu domba. Dari
shuf-tashawwafa,tha sawwufun. Yang lain mengatakan shufanah = sebangsa kopi yang tumbuh di gurun pasir. Pendapat lain
mengatakan pula berasal dari kata shiffah,
yaitu segolongan sahabat nabi yang tinggal disamping masjid nabi di Madinah
yang kerjanya adalah mendekatkan diri kepada Tuhan, sambil mempelajari agama
Islam dengan tekun.
Namun
banyak pendapat tentang asalnya kata tersebut, pengertian yang dikandungnya
bisa kita simpulkan. Jadi thasawwuf adalah
semacam ilmu (cara) untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dimana orang-orang
yang melaksanakannya memakai pakaian dari bulu domba dan hidup dengan sederhana
sekali (Hatta, 46)
Sejarah
Pertumbuhan Thasawwuf
Nama
tassawuf baru digunakan pada penghujung abad ke-2 H,yang mula-mula digelari
orang sufi ialah Abu Hasyim dari Koufah (± 150H = 761 M ), tetapi praktek
ajaran tassawuf telah ada sejak nabi Muhamad SAW. Kehidupan Nabi dan para
sahabatnyamerupakan kehidupan para sufi.(Hatta, :46:Sastra Nusantara)
Kaum
sufi sering memegang lidahnya sambil berkata “Lidah inilah yang mengacamku dengan bahaya”. Pada kesempatan lain berkata
“Barang siapa yang mengecap rasa kesucian
ma’rifat, maka dia akan memandang sepi segala sesuatu selain Allah dan
merasa tersendiri dalam manusia banyak”.
Setelah
perkataan tasawwuf di masyarakat dan tampilnya para sufi besar,pada abad
ke-7 kehidupan kerohanian menjadi lebih
maju. Pada abad ke-11 muncul Al-Ghazali, pendamai pertentangankaum sufi, dan
ahli fiqih, ahli filsafat dan ilmu kalam.(Hatta, :47:Sastra Nusantara)
Aliran
tasawuf melayu dapat dibagi menjadi dua aliran. Aliran pertama adalah aliran
yang ortodoks yang diwakili oleh Nuruddin dan Abdul Rauf. Aliran kedua ialah
aliran heterodoks yaitu aliran baru yang diwakikili oleh Hamzah Fansuri dan
Samsuddin Pasai. Menurut aliran pertama Tuhan dan manusia itu biarpun satu,
tetapi lain. Tuhan adalah hakiki, sedangkan manusia adalah fana. Aliran kedua
manusia dan tuhan itu sama saja. Dengan kata lain, manusia adalah tuhan. Ini
adalah ajaran yang dianggap menyesatkan dan diserang habis-habisan Nuruddin.
Akibatnya banyak buku-buku Hamzah Fansuri dan Syamsuddin dibakar.
Dibawah
ini dibicarakan empat tokoh tasawuf yang terpenting. Dua diantaranya ialah
wakil aliran beterodoks yaitu Hamzah Fansuri dan Syamsuddin. Yang dua orang
lainnya adalah tokoh yang ortodoks dan diwakili oleh Nuruddin dan Abdul Rauf.
Terakhir sekali dibicarakan pula Tajussalatin yang menceritakan kewajiban raja
terhadap tuhan dan rakyatnya(Fang,1982:187-188).
HAMZAH FANSURI
Adalah
tokoh tasawuf yang terkenal. Stair-stairnya dianggap sebagai syair melayu yang mula-mula ditulis.
Denga kata lain Hamzah Fansuri dianggap berjasa memulai tradisi penulisan syair
dalam bahasa melayu. Tentang masa hidupnya Muhammad Naguib berpendapat bahwa
Hamzah Fansuri hidup pada masa sebelum pemerintahan Sultan Alauddin Ri’ayat
Syah Aceh (1588-1604) berakhir dan meninggal sebelum 1608. Ditempat lain Syed Muhammad
Naguib berpendapat bahwa Hamzah Fansuri hidup antara tahun 1550-1600. Yang diketahui umum ialah bahwa Hamzah
Fansuri pernah berguru pada Maulana Ibrahim, di Mekkah. Terdorong oleh
hasratnya untuk mencari Tuhan, Hamzah mengembara dari satu tempat ke tempat
lain. Akhirnya ditemuinya Tuhan dirumahnya sendiri.
Hamzah Fansuri didalam Makah
Mencari Tuhan di Baitul Ka’bah
Di Barus ke Kudus terlalu payah
Akhirya dapat didalam rumah
Syair-
syair Hamzah adalah syair melayu tertua, kecuali syair dagang, syair-syair itu
mistis dan melambangkan hubungan Tuhan dan manusia, misalnya dalam syair
perahu, Hamzah melambangkan tubuh manusia sebagai perahu berlayar dilaut.
Pelayaran ini berbahaya sekali. Setiap orang harus menyediakan bekal air, kayu
dan makanan yang cukup. Perahunya juga harus dalam keadaan baik. Muara sungai
yang dilalui sempit dan dalam, banyak ikan hiu yang menunngu didalamnya. Angin
taufan mungkin terjadi tetapi asal kita kuat
memegang Lailahaillallah pastilah
kita dapat mecapai suatu tingkat dimana perbedaan hamba dan tuhan tidak ada
lagi.
LIIA itu kesudahan kata
Tauhid makrifat semata-mata
Hapuskan hendak sekalian perkara
Hamba dan tuhan tiada berbeda
Inilah
ucapan Hamzah Fansuri, yang mengangetkan ulama fiqih dan mencapnya (tidak
beragama), kafir dan sebagainya. Dengan “Hamba dan Tuhan tiada berbeda”,
dimaksudkan segala kemampuan, pikiran, amal, cita manusia semuanya disesuaikan
itu disesuaikan dengan kemampuan pikiran, cita, amal, Tuhan, karena unsur sama
maka manusia, Tuhan dengan sendirinya. Tercapailah apa yang dalam bahasa Arab
disebut la ta’ayun (tidak nyata),
atau menurut Famzah Fansuri “tiada
berbeda” (Hatta, :57)
Syair
inilah yang mengantarkan Hamzah Fansuri keliang kubur atau setidaknya membuat
bukunya musnah menjadi abu. Dia bertindak menyiarkan suatu ajaran yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab itulah dia dibakar, kata setengah orang
dia digantung. Entah mana yang benar (Hatta, 52)
Dalam
syair burung pingai jiwa manusia dilambangkan dengan burung pingai, tetapi burung
pingai itu juga melambangkan tuhan. Disini kita telah menyinggung suatu masalah
yang banyak dibahas kaum sufi yaitu hubungan satu dan banyak (the one and the
many). Yang Esa adalah Tuhan dengan alamnya yang beranekaragam. Dalam syair
burung pingai, Hamzah seolah-olah berkata manusia adalah Tuhan. Ini adalah
ajaran Hamzah yang dihantam habis-abisan oleh Nuruddin Al-Raniri .
Prosa
Hamzah yang sampai kepada kita hanya dua buah saja yaitu syarab al-Asyikin
(minuman segala orang yang berahi) dan Asrar Al-Arifin fi- Bayan ilm As-Suluk
wal –Tauhid (keterangan mengenai perjalanan ilmu suluk dan kesatuan Allah).
Syarab Al-Asyikin juga dikenal dengan nama Asrar Al-Asyikin dan Zinaf al-Muwahidin (perhiasan segala orang
Muwahid ). Dalam kata pendahuluannya Hamzah Fansuri mengatakan bahwa ia
mengarang buku ini dalam bahasa jawi (baca melayu) untuk keperluan orang yang
tidak tahu bahasa Arab dan Persi. Salah satu naskah Leiden yang terkarang pada
tahun 1116 H (1738 ) mempunyai semua ciri-ciri ejaan naskah yang tertua.
Misalnya ber, men (mem, meng) ditulis bar, man ( mam, mang). Memberi juga
ditulis mameri.
Kitab
ini terdiri dari tujuh bab:
Bab
1 menyatakan perbuatan syariat
Bab
2 menyatakan perbuatan tarikat
Bab
3 menyatakan perbuatan hakikat
Bab
4 menyatakan perbuatan makrifat
Bab
5 menyatakan kenyataan zat Tuhan
Bab
6 menyatakan sifat Allah
Bab
7 menyatakan berahi dan syukur.
Asrar al-Arifin fi
Bayan ilm Al-Suluk wal Tauhid (keterangan mengenai
perjalana ilmu suluk dan kesatuan Allah) adalah karya Hamzaah yang bersifat
panteistik setelah segala puji-pujian bagi Allah Hamzah menulis :
“ ketahui hai segala kamu anak Adam
yang islam, bahwa Allah SWT menjadikan
kita daripada tiada diadakannya,dan daripada tiada bernama, diberinama. Dan
daripada tiada berupa diberinya berupa, rangkap dengan telinga, dengan hati,
dengan nyawa, dengan budi. Kita cari Tuhan kita itu supaya kita kenal dengan
makrifat kita. Atau dengan khidmat kita kepada guru yang sempurna \. Mengenal
dia supaya jangan taksir kita”.
Bab
pertama menyatakan makrifat Allah Ta’ala serta sifatnya 6 dan asmanya.
Seterusnya adalah beberapa buah syair yang menyebut nama pengarang.
Pembahagiaan bab dan pasal semakin menjadi kurang jelas. Akhirnya Hamzah
berkata bahwa syariat, hakikat dan makrifat sama sahaja. Barang siapa mengenal
syariat, ia juga mengenal hakikat dan makrifat sekaligus.
Tuhan
dalam pandangan hamzah adalah yang maha sempurna, yang mutlak. Dalam
kesempurnaan itu, tuhan mencakupi segala-galanya: panas dan dingin, baik dan
buruk, ka’bah dan si penyembah berhala. Apabila Tuhan tidak mencakupi
segala-galanya ia tidak disebut maha sempurna, maha mutklak. Dengan perkataan
lain, manusia juga ternasuk dalam tuhan. Ini adalah ajaran Hamzah yang ditentang
olen Nuruddin.(Fang,1982:188-191)
SYAMSUDDIN AL-SUMATRANI
Adalah pengikut dan murid yang
paling masyhur dari Hamzah Fansuri. Sebagai murid pendiriannya tidak begitu berbeda
dengan gurunya, hanya saja ia tampaknya lebih pandai dalam mempertahankan
ajarannya, hingga dia berhasil menjadi PM kerajaan Aceh.Selain menjadi PM.
(Hatta, :62:Sastra Nusantara) Beliau juga menjadi Ia seorang penghulu agama di Aceh karena ia
mendapat dukungan dari sultan Aceh yang memerintah pada waktu itu yaitu sultan
Iskandar Muda Mahkota Alam (1606-1636) dan karena itu besarlah pengaruhnya. Muridnya
terlalu banyak. Ini mungkin salah satu sebab mengapa Nuruddin al-Raniri setelah
ia mendapat sokongan dari sultan Aceh yaitu Iskandar thani (1636-41),
memerintahkan pembakaran kitab-kitab Syamsuddin dan Hamzah Fansuri yang di
anggapnya sebagai ajaran sesat. Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya bustanussalatin
menceritakan bahwa Syamsuddin meninggal pada tahun 1630, selepas angkatan laut
ikalahkan oleh malaka. (Fang,1982:191)
Syamsuddin dan Hamzah Fansuri adalah
dua tokoh tasawuf aliran wujudiyah yang terkenal, tetapi mereka mewakili dua
golongan ahli sufi yang berlainan. Hamzah Fansuri adalah ahli sufi pencari
tuhan sedangkan Syamsuddin adalah ahli sufi filsuf yang merasakan keperluan
mengenali hakikat dari segala yang ad serta mengetahui kesatuan yang
tersembunyi, tetapi baik Syamsuddin maupun Hamzah masing-masing mengakui dan
mengenal hakekat Tuhan,yang berbeda ialah , Syamsuddin berpendapat bahwa dalam
usaha mendekati atau mengenal Tuhan kita harus dipimpin oleh guru yang sempurn
supaya kita tidak sesat. Tujuan akhir yang hendak dicapai oleh kaum sufi ialah
makrifat, makrifat ialah pengetahuan tentang segala yang meliputi. Dalam
makrifat itu juga berlebur orang yang mengena Tuhan. Akibat pembakaran yang di
perintah oleh sultan Aceh maka karya Syamsuddin yang sampai kepada kita sedikit
sekali dan kebanyakan merupakan fragmen, bagian naskah yang tidak lengakap.
Diantaranya ialah Mirat al-Mu’min ( cermin orang yang beriman).(Fang,1982:191-192)
NURUDDIN AL-RANIRI
Nama
lengkapnya Nuruddin Muhamad Djailani bin Ali bin Hasandji bin Muhammad Hamid ar
Raniri al Gudjarati al Quarasji. Dilihat dari namanya bahwa beliau berasal dari
tanah arab, tetapi lama menetap di tanah Ranir (Gujarat) kemudian pergi ke
Aceh.(Hatta, :63) Beliau juga adalah seorang tokoh tasawuf yang terkenal,
pengarang Bustanul Salatin dan buku
lain yang menentang ajaran wujudiyah yang dianggap sesat(Fang,1982:194). Tampilnya
Nuruddin al Raniri sebagai tokoh salah satu tokoh tassawuf, memiliki peranan
yakni :
a. Menghilangkan
mistik wujudiyah yang menurutnya sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang
asli, karena selain ajarannya sesat juga dianggap melemahkan agama Islam dimasa
yang akan datang
b. Mengembalikan
orang-orang yang tersesat kedalam paham wujudiyah untuk kembali ke ajaran Islam
yang murni(Hatta, :64)
Pada
tahun 1642, Nuruddun al-Raniri menulis bukunya yang telah berberapa kali
diterjemahkan kedalam bahasa Aceh dan bahasa Nusantara lainnya, yaitu Akhbar al-akhirat fi ahwal al-kiamah (mengenai
hari kiamat). Buku ini disusun atas
perintah seorang raja yang tidak diketahui namanya. Dalam buku ini Nurrudin
banyak menguntip pendapat tokoh tassawuf yang terkenal seperti al Ghazali dan
lainnya.(Fang,1982:196)
Setelah
itu, Nurrudin al Raniri mulai berpolemik dengan kaum wujudiyah, beliau mulai berusaha
membasmi paham wujudiyah yang telah memberikan banyak pengaruh, pembasmian
paham wujudiyah dilakukan dengan :
a. Membakar
buku-buku karangan Hamzah Fansuri
b. Melarang
rakyat menganut paham tersebut
c. Mengarang
buku yang berusaha menjelaskan kekeliruan ajaran Hamzah Fansuri
d. Mengadakan
tablig dan khotah-khotbah agama yang membukakan kekeliruan-kekeliruan ajaran
Hamzah Fansuri
e. Membunuh
atau mengusir Hamzah Fansuri(Hatta, :64)
ABDUL RAUF SINGKEL
Beliau adalah penganut paham
Syattariah (dibidang tassawuf) tetapi di bidang fiqih menganut mazhab Syafei(Hatta,
65).Abdul Rauf Singkel pernah tinggal 19 tahun di Makkah untuk
belajar ilmu tasawuf dan, sejak tahun 1661 Abul Rauf mulai mengajar di Aceh.
Pada waktu itu Aceh adalah tempat persinggahan para jamaah haji. Orang jawa dan
lain-lain orang Indonesia yang pergi naik haji haruslah singgah di Aceh .
sewaktu di Aceh banyak juga orang yang belajar agama dan ilmu tasawuf dengan
Abdul Rauf Singkel, mungkin inilah sebabnya tarikat Syattariyah agak popular di
Jawa dan nama Abdul Rauf juga disebut dalam salasialh tarikat Syattariya.
Sebuah karangan Abul Rauf adalah daka’ik
al-huruf, dikutip dalam terjemahan
bahasa Jawa al-tuhfa al-mursala
ila ruh al-nabi, satu risalah ilmu tasawuf yang sangat penting di
Jawa.(Fang,1982:197).
Buku Abdul Rauf yang terpenting
adalah Umdat Al-Muhtajina Suluk Maslak
Al-Mufridin (perpegangan segala mereka itu yang berkehendak menjalani jalan
sehala orang yang menunggalkan dirinya. Buku ini terdiri atas tujuh bab.
BAB 1 menyatakan
makna ucapan la ila ha illallah dan sifat Allah dan Rasulnya.
BAB 2 menyatakan
hukum aturan berfikir (dari bahasa arab dzakaratu)
BAB 3 berisi
hadis nabu Muhammad tentang dzikir.
BAB 4 tentang
sifat-sifat orang dzikir yangkaram dengan kalimat syahadat.
BAB 5 tentang
asal-usul ajaran mistik.
BAB 6 tentang
ratib yaitu pelatihan mistik dalam mengucap la ila ha illallah.
BAB 7 diterangkan lagi tentang sifat orang-orang
berdzikir.(Fang,1982:198)
TAJUL
SALATIN
Tajul-Salatin (Mahkota segala Raja)
adalah sebuah uku yang bertujuan memberikan pelajaran kepada anak-anak raja
atau raja, dan terdapat dimana-mana.serta memilki tujuan yang sama, yakni
memberikan pelajaran politik bagi anak raja atau raja.
Syair yang ada
didalam buku ini berbentuk mathnawi
rubai’i dan ghazal, semua bentuk
syair ini merupkan syair Parsi yang terkenal. Dalam pendahuluan buku ini,
penulis menyampaikan pujian-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yang terakhir
meminta rahmat dari Nabi yang terakhir, Nabi Muhammad SAW. Dinyatakan juga
dalam buku ini mengupas kewajiban rajanya, perwira, pegawai dan
rakyat.(Fang,1982:200-201)
TINGKAT-TINGKAT
YANG HARUS DILALUI OLEH SEORANG SUFI
Seseorang yang hendak menjadi sufi
hendaknya melalui tingkatan sebagai berikut :
1. Syariat
Syari’at adalah segala aturan-aturan dan hukum yang
termuat dalam Al-Quran dan sunah Nabi yang harus dilaksanakan oleh manusia.
Kepada seorang yang telah mengakui dirinya beriman, diminta keharusan
menjalankan syariat Allah dan Rasul-Nya.
2. Thariqat
Thariqat adalah jalan yang ditempuh mendekatkan
kepada Tuhan. Syari’at baru berupa teori. Prakteknya terdapat dalam thariqat.
Di Indonesia kita jumpai berberapa thariqat seperti :
a.
Thariqat Naksyabandiah
b.
Thariqat Qadariah
c.
Thariqat Syattariah
d.
Thariqat Rifaiah
e.
Samaniah Rifaiah
3. Hakikat
adalah praktek dari teori yang digariskan syari’at untuk menuju kepada hakikat.
Betul tidaknya pelaksanaan thariqat akan terlihat pada sampai tidaknya dia pada
hakikat.
4. Ma’rifat
Setelah hakikat dijalanijadilah manusia menjadi
insan yang sempurna, manusia seperti inilah oarang yang telah kenal akan
dirinya. Sebagaimana orang tassawuf pernah mengatakan “Man arafa nafsahu,faqad arafa rabbahu.”Barang siapa mengenal dirinya, berati telah mengenal Tuhannya. (Hatta,
:58-60)
KESIMPULAN
Agama
islam banyak diterima di wilayah Nusantara, pada abad sekitar 16-17, yang
dibawa oleh para pedagang dan ulama dari Arab. Ajaran Islam mudah diterima,
karena penyebarannya disegala bidang kehidupan, ditambah bahasa yang digunakan
tidak hanya menggunakan bahasa arab, namun juga menggunakan bahasa Melayu, yang
mana bahasa Melayu merupkan bahasa utama pada waktu itu di Nusantara.
Ajaran
Islam yang bercorak sufistik diubah kedalam bahasa melayu melalui bentuk sastra
(hikayat dan syair), merupakan hasil tafsiran dari aliran para ahli tassawuf.
Perkembangan tassawuf di Nusantara merupakan pengaruh dari tokoh-tokoh sufi
seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin as Samatrani dengan paham wihdatul wujudnya
yang menggemparkan kalangan agama di Nusantara
Paham
Hamzah Fansuri dan yang lainnya berbeda dengan orang awam, karena pandangan
tersebut dianggap berbahaya, oleh karena itu Sultan Iskandar II menyuruh
membakar karya Hamzah Fansuri dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fang, Liaw Yock. 1982. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik.
Singapura: Pustaka Nasional PTELTD.
Hatta, Bakar.Sastra Nusantara Suatu Pengantar Studi
Sastra Melayu .GI.
SASTRA SUFI DALAM KESUSASTRAAN
MELAYU LAMA
Disisun
oleh :
Ratna
Prihastuti (11003078)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
2013